Kamis, 13 Maret 2014

MASALAH BUAT LO..?

Pelajaran ini saya dapatkan dari anak pertama saya yang tidak kalah ganteng sama si ragil. Nama panggilannya Aan. 

Saat itu Sakha masih belum genap berusia 1 tahun. Aan kelas 2 SD. Pagi-pagi menjelang berangkat sekolah, Aan mengatakan satu hal yang membuat saya & Ayahnya terkejut. Tiba-tiba saja Aan mengatakan, " Sakha kan cacat".
Mendengar kalimat tersebut Ayahnya langsung memarahi Aan. Saya yang sedang bersiap untuk berangkat kerja, risih juga mendengar Aan dimarahi Ayahnya. Saya segera keluar kamar dan memulai proses investigasi.

"Mas Aan dengar dari mana kalau Sakha cacat?", tanya saya.
"Dari Dodo (nama anak tetangga yang saya samarkan namanya)", jawab Aan.
"Oo.. Mas Aan tau ngga cacat itu apa?", lanjut saya bertanya.
"Ngga tau, Mah.. kata Dodo, Dede Sakha pake alat bantu mendengar, Dede Sakha cacat", jawab Aan.
"Oo.. gitu. Mas Aan lihat Mamah, Mamah pake kacamata. Kalau kacamata Mamah dilepas, Mamah tidak bisa melihat jelas. Mamah juga cacat ya?", lanjut saya, 
Aan diam memperhatikan saya. 
Kemudian saya melanjutkan,
"Sakha memang ada gangguan pendengaran, Mas Aan ingat waktu mamah habis melahirkan Sakha, kan Sakha ngga bisa langsung pulang. Sakha harus dirawat dulu karena sakit. Dari sakitnya itu, virus yang menyerang Sakha merusak syaraf pendengaran Sakha. Ini bisa terjadi sama siapa saja, bukan hanya Sakha. Maka dari itu Sakha membutuhkan alat bantu mendengar untuk membantu Sakha mendengar. Seperti Mamah membutuhkan kacamata untuk membantu Mamah melihat dengan jelas. Selama Mamah atau Sakha tidak merepotkan orang lain, apakah itu jadi masalah buat Mas Aan?", tanya saya.
Aan menggeleng. Saya memeluknya. Saya katakan, "Yuk kita bantu Sakha supaya tidak merepotkan orang lain. Kita sama-sama ngajarin Sakha mendengar supaya bisa bicara sama seperti Mas Aan dan Mba Sasa (anak kedua saya). Oke?"
"Iya Mah, jadi nanti kalau ada yang bilang lagi Sakha cacat, aku nanti bilang, masalah buat loh", jawab Aan sambil melepaskan pelukan saya dan memandang saya dengan mata berbinar. 

Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada anak saya dengan bahasa yang mudah dia mengerti. Namun satu hal yang saya patut bangga, hingga saat ini, Aan sudah kelas 3 SD dan Sasa sudah kelas 1 SD, guru kelas mereka mengatakan kalau mereka begitu bangga menceritakan adiknya di sekolah. Tidak ada sedikitpun minder atau sedih, mudah-mudahan saya tetap dapat menjaga keindahan akhlak anak-anak saya. Keep smileee...

2 komentar:

  1. Wahh, mata saya basah baca ini :'(
    Mudah-mudahan anak-anak mak bisa selalu saling support satu sama lain, aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin.. makasih mak arifah, jg ga enak nih sampe basahin mata hehe

      Hapus