Minggu, 23 Maret 2014

CATATAN HARIAN SAKA PASCA IMPLAN KOKLEA (4)

Rabu, 19 Maret 2014

Hari ini kau terapi, Nang. Mamak belum sempat membuat daftar bahasa reseptif dan ekspresifmu. Duh Mamak jadi merasa bersalah. 

Terapi hari ini kau lebih kooperatif dari terapi yang lalu. Kau belajar tentang konsep ada dan tidak, kosong dan isi, mau dan tidak. Kau juga belajar lagi mengulang aktifitas mandi, dengan memandikan boneka sapi dan boneka babi. Senang kali tampaknya kau main air. Hahahaha.. 
Bukan hanya itu, hari ini kau juga mau mengikuti untuk aktifitas "dadah" dan mengeluarkan suara untuk "dadah" serta "buka" untuk membuka telur berisi koin. Kau juga bermain memberi makan boneka anjing sampai kau terkekeh-kekeh. Bahkan kau bisa menyamakan obyek dengan gambar untuk gambar kereta dan mobil. Aw..aw.. aw.. Mamak senang melihatmu. Kalau di rumah kau tidak mau Mamak ajari, tapi rupanya kau simpan dalam memorimu ya..

Terapismu Mba Rini memberi beberapa PR lagi untuk Mamak. Kita harus rajin berlatih untuk identifikasi lagu, Nak. Mamak harus konsisten menyanyikan paling tidak 3 lagu untukmu. Mamak sampai bingung karena begitu seringnya Mamak menyanyikan lagu untukmu dan selalu berganti-ganti. Jadi mulai nanti kita konsisten untuk 3 lagu saja ya.. Ini juga untuk melatihmu mengidentifikasi benda. Baiklah.. kita akan memulainya lagi. 



Tanggal 22 Maret 2014

Hari Sabtu ke-4, jadwal mapping-mu selanjutnya, Den Bagus. Ayah di rumah tapi Mamak rasanya tidak begitu bersemangat. Sampai-sampai Mamak-pun malas menceritakan sejarah mapping-mu hari ini. Aaaaaakkk... sepertinya Mamak sudah terinfeksi virus menular yang sangat berbahaya nih. MALAS. Hadoohhh.. obatnya hanya 1. TIDAK MALAS.

Kita sudah berangkat pagi, hari ini kita tidak terapi ya Nak. Mba Rini terapismu sedang di luar kota. Terapimu digeser dulu sementara ke hari Rabu minggu depan. Tak apa, Mamak juga sedang malas. Maaf ya Nak, semangat Mamak kendor nih. Butuh booster dari Ayah.. #halah xixixixi

Yuk kita berangkat yuuukk.. Sampai di Kasoem kita langsung ke ruangan yang sudah disiapkan Mas Dani. Siiippp.. Mas Dani mengecek volume yang Mamak pakai. Kemudian Mas Dani menyesuaikan dengan settingan pada komputer. Cling.. Selesai. 

"Ibu, ini settingan yang sekarang adalah sesuai dengan volume yang Ibu pakai kemarin. Kita kembali ke volume 6 lagi ya Bu. Nanti Ibu perhatikan respon Sakha. Kalau di volume ini Sakha responnya tidak sebaik biasanya Ibu boleh menambah volumenya naik 1 tingkat. Tapi Ibu perhatikan ya..", Mas Dani info-info lagi mengingatkan Mamak. 

"Iya Mas, siap. Jadi dengan volume yang sekarang bagaimana cara saya melihat responnya Mas? Apa ada latihan tertentu juga yang harus dilakukan supaya bisa melihat respon Sakha lebih baik?", kata Mamak. 

"O..iya Bu. Ibu coba pakai suara pelan, berbisik ataupun ketukan pelan ya. Coba lihat dulu bagaimana responnya", kata Mas Dani.

"Baiklah..", jawab Mamak. 

Kaupun tenang hari ini, Nak. Mamak sedikit lega. Kau dengar, kata Mas Dani, Nak. Kau harus benar-benar belajar dengan baik. Jangan malas ya..!! *menasehati diri






Kamis, 13 Maret 2014

MASALAH BUAT LO..?

Pelajaran ini saya dapatkan dari anak pertama saya yang tidak kalah ganteng sama si ragil. Nama panggilannya Aan. 

Saat itu Sakha masih belum genap berusia 1 tahun. Aan kelas 2 SD. Pagi-pagi menjelang berangkat sekolah, Aan mengatakan satu hal yang membuat saya & Ayahnya terkejut. Tiba-tiba saja Aan mengatakan, " Sakha kan cacat".
Mendengar kalimat tersebut Ayahnya langsung memarahi Aan. Saya yang sedang bersiap untuk berangkat kerja, risih juga mendengar Aan dimarahi Ayahnya. Saya segera keluar kamar dan memulai proses investigasi.

"Mas Aan dengar dari mana kalau Sakha cacat?", tanya saya.
"Dari Dodo (nama anak tetangga yang saya samarkan namanya)", jawab Aan.
"Oo.. Mas Aan tau ngga cacat itu apa?", lanjut saya bertanya.
"Ngga tau, Mah.. kata Dodo, Dede Sakha pake alat bantu mendengar, Dede Sakha cacat", jawab Aan.
"Oo.. gitu. Mas Aan lihat Mamah, Mamah pake kacamata. Kalau kacamata Mamah dilepas, Mamah tidak bisa melihat jelas. Mamah juga cacat ya?", lanjut saya, 
Aan diam memperhatikan saya. 
Kemudian saya melanjutkan,
"Sakha memang ada gangguan pendengaran, Mas Aan ingat waktu mamah habis melahirkan Sakha, kan Sakha ngga bisa langsung pulang. Sakha harus dirawat dulu karena sakit. Dari sakitnya itu, virus yang menyerang Sakha merusak syaraf pendengaran Sakha. Ini bisa terjadi sama siapa saja, bukan hanya Sakha. Maka dari itu Sakha membutuhkan alat bantu mendengar untuk membantu Sakha mendengar. Seperti Mamah membutuhkan kacamata untuk membantu Mamah melihat dengan jelas. Selama Mamah atau Sakha tidak merepotkan orang lain, apakah itu jadi masalah buat Mas Aan?", tanya saya.
Aan menggeleng. Saya memeluknya. Saya katakan, "Yuk kita bantu Sakha supaya tidak merepotkan orang lain. Kita sama-sama ngajarin Sakha mendengar supaya bisa bicara sama seperti Mas Aan dan Mba Sasa (anak kedua saya). Oke?"
"Iya Mah, jadi nanti kalau ada yang bilang lagi Sakha cacat, aku nanti bilang, masalah buat loh", jawab Aan sambil melepaskan pelukan saya dan memandang saya dengan mata berbinar. 

Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada anak saya dengan bahasa yang mudah dia mengerti. Namun satu hal yang saya patut bangga, hingga saat ini, Aan sudah kelas 3 SD dan Sasa sudah kelas 1 SD, guru kelas mereka mengatakan kalau mereka begitu bangga menceritakan adiknya di sekolah. Tidak ada sedikitpun minder atau sedih, mudah-mudahan saya tetap dapat menjaga keindahan akhlak anak-anak saya. Keep smileee...

Senin, 10 Maret 2014

CATATAN HARIAN SAKHA PASCA IMPLAN KOKLEA (3)

Tanggal 8 Maret 2014


Jam 7.30 kita sudah sampai di Kasoem ya Nak. Sakha mau mapping yang kedua. Senangnya Mamak kau tidak rewel saat mapping. Mas Dani berpesan pada Mamak supaya mengusahakan kestabilan volume yang sekarang. Walaupun jika memang respon belum begitu baik, Mamak diijinkan untuk menambah volume alat.

Baiklah, setelah mapping kita langsung terapi ya Nak. Sakha diajak main-main sama Mba Rini terapis AVT Sakha. 15 menit pertama Sakha sangat kooperatif. Sayang, selanjutnya Sakha banyak nangis. Mamak sedih, hari ini Sakha tidak sepintar biasanya. Mungkin mood Sakha terganggu karena Sakha belum makan tadi pagi. Mungkin Sakha lapar, atau mungkin juga Sakha ngantuk ya.. Aah.. menyesalnya Mamak tadi tidak nyuapin cemilan biskuit buat Sakha. 

Mba Rini sampai bilang, kalau Sakha begini nanti dipindah jadwalnya. Oh no.. Mamak yakin ini karena Sakha lapar. Tapi Mamak tidak bisa berbuat apa-apa. Mamak dan Mba Rini juga sangat mahfum kalau Sakha udah mulai rewel..

Akhirnya terapi hari ini Sakha hanya dapet "loncat", "pegang", "mba", "mama", "cuci", "kotor". Yaaa.. nda papa ya Nang.. pelan-pelan tapi harus jalan. Mamak dikasih Long Term Goal untuk 3 bulan ke depan. Kita harus punya target, berusaha mencapainya. Kalaupun sudah berusaha tapi tidak tercapai, kita tetap berproses. Siap Nak.. LANJUTKAN..!!

Sabtu, 01 Maret 2014

CATATAN HARIAN SAKHA PASCA IMPLAN KOKLEA (2)

Catatan untuk anakku, Sakha..

1 Maret 2014

Hari ini kau menjalani mapping pertamamu. Mamak bangga sekali padamu, kau tidak menangis saat Mas Dani mengecek alat dan men-setting-nya. Kau sibuk mainan ikan yang berputar yang kadang kau pakai saat kau menjalani sesi terapi. Settingan alatmu sudah di modifikasi sesuai dengan laporan Mamak. Bahwa kau belum merespon kalau Mamak mengetes 6 link suara untukmu, pada hurus "S" "SH". Mamak belum mencoba kembali untuk huruf "I", "M" dan 1 lagi apa ya.. haduuh Mamak lupa Nak. hahahaha.. 

Kali ini Mas Dani meminta Mamak untuk mengenalkan suara lembut padamu. Seperti suara berbisik, bahkan dulu pernah diajari juga kalau suara (maaf) kentut adalah termasuk suara soft. Ini pas untuk Mamak yang kadang kentut keras-keras, hahahaha... 

Lihatlah Nak, hari ini kau cerah betul dengan kaos merahmu itu. Tidak lain, ada nasi di sekitar mulutmu. Kau senang sekali makan cemil-cemil seperti Mamak ya, hihihi.. 

Sakha belanja di Giant Pondokgede setelah mapping 
(1 Maret 2014)

Eh iya Mamak lupa, Mamak sudah mencatat sedikit mengenai perkembangan bahasamu Nak. Hadeeehh Mamak ini jadi pelupa gara-gara torch yang menginfeksi Mamak nih. Mamak udah ga secerdas dulu hahahaaha *kalo ini emang lebay banget deh..

Kau tau Nak, dalam seminggu Mamak mengulang pelajaranmu mengenai instruksi sederhana seperti "makan", "minum", "taruh", "ambil", "tunggu", apalagi ya.. tuh kan Mamak lupa. Iiddiiiihh... plis deh, kalau ga langsung Mamak catat jadi lupa kan Mamakmu ni. 

Oke deh, Mamak ingat kau sudah paham "tunggu" saat Mamak memintamu menunggu kakak-kakakmu. Kau sudah paham "kakak" saat Mamak menanyakan dimana "kakak"mu, kau menunjuk ke arah kakakmu. Kau sudah paham kata benda "mobil" saat Mamak menanyakan dimana mobil. Kau sudah paham kata "ambil" saat Mamak menyuruhmu mengambil mainan yang kau buang. Kau sudah paham kata " taruh" saat Mamak memintamu menaruh mainan yang kau ambil. Kau sudah paham kata "sayang"saat Mamak meminta upah ciumanmu, hahahahaha.. Mamakmu ini ternyata punya pamrih ya.. 

CATATAN HARIAN SAKHA PASCA IMPLAN KOKLEA (1)

Catatan untuk Sakha, anakku. 


23 Februari 2014

Nak, tgl 1 Februari 2014 kemarin kau sudah menjalani operasi implan koklea, maaf ya Mamak menyakitimu. Tapi semua sungguh untuk kebaikan Sakha. Tidak terasa tanggal 22 Februari kemarin Sakha switch on alat ya..

Mamak sedikit deg-degan sebelum masuk ruangan. Mamak agak sedikit worry alat ada masalah sehingga tidak berfungsi baik. Tapi Alhamdulillah ya Nak, proses switch on berjalan lancar. Alat di cek Mas Dani (Kasoem) dan berfungsi baik. Bahkan respon pertamamu saat mendengar suara "bip bip bip bip" menunjuk ke telinga, owhh leganya Mamak. Ini berarti Sakha mendengar suara itu dan Sakha memberikan hadiah untuk Mamak dengan menunjuk ke arah telinga sebagai kode yang mamak & Mba Rini (juga Mba Inda, di 3 bulan pertama terapimu, nak) terapis Sakha ajarkan selama ini jika mendengar suara. Alat berfungsi dengan baik. Namun lama kelamaan Sakha menangis. Mamak sempat agak sedikit khawatir, apakah ada yg sakit, yang Sakha rasakan. Padahal Mamak tahu kalau ini adalah salah satu respon dari efek mendengar saat switch on. Kemudian mamak menggendong dan memelukmu. Sakha tidak mau melepaskan pelukan mamak sampai beberapa lama. Hingga Sakha tertidur.. 

Sorenya, Mamak & Ayah membawamu makan di restoran cepat saji di mol. Dan Mamak senang sekali melihatmu makan dengan lahap meskipun setiap suapanmu kau keluarkan kembali alias dilepeh setelah rasanya tidak lagi enak. Hahahaha.. tidak apa-apa Nak, kau sedang belajar makan. Mungkin untuk kakak-kakakmu yg cantik & ganteng itu, makan tidak perlu belajar lagi saat mereka seusiamu. Tapi untukmu.. Kau harus belajar semuanya. Tidak apa nak, Mamak ada disini untukmu. Semua ini tidak mengurangi kebahagiaan Mamak sedikitpun. Malah kita semua jadi berpetualang banyak belajar hal baru. hehehehe.. Mamak sukak sekali dengan novel detektif, Mamak sukak mempelajari suatu hal dari pengamatan lebih dulu. Kalau tak ada kau, Nak, mungkin Mamak tidak banyak belajar lagi, alias cuek aje yee..hehehe

Sakha hari pertama pake alat baru pasca switch on 
(22 Februari 2014)

Lihatlah pose makanmu nih, nak, hahahaa.. seperti habis aja makanmu itu


Banyak PR yang harus mamak kerjakan untukmu, nak. Mamak harus mengamati bagaimana responmu dengan alat ini. Terutama kepekaan pendengaranmu. Mamak harus mengamatinya untuk bisa menemukan volume yang tepat untukmu di settingan pertama ini. Tak apa, mamak sukak mengamatimu, bahkan dalam tidurmu, xixixixi.. 

Bukan hanya volume yang harus mamak perhatikan. Mamak juga harus mengajarimu dari awal lagi seperti yang pernah kita lakukan sebelumnya saat kau masih memakai Alat Bantu Dengar (ABD)-mu. Karena kau harus menyesuaikan diri lagi dengan alat ini. Sementara sampai settingan tepat, kau masih memakai di 1 telinga saja ya nak, ABD-mu mamak simpan dulu sampai kau diijinkan memakainya untuk menyeimbangkan pendengaranmu. 

Bahkan mamak harus mencatat setiap perkembangan bahasa yang kau pahami, nak. Mamak harus membuat laporan untuk terapismu supaya bisa memantau perkembanganmu dan sebagai bahan mamak berkonsultasi untuk menjalani terapi untukmu di rumah. PR kita nak, hahahaha.. bantu mamak yak kita kerjain PR bareng-bareng. Kita juga dibantu kakak-kakakmu. Mereka senang kali mengajakmu ngobrol.