Sabtu, 07 Desember 2013

Mengenal Sekolah Inklusif

Bagi orang tua yang mempunyai anak dengan berkebutuhan khusus dan belum menginjak usia sekolah, wajib hukumnya untuk mulai memikirkan hal ini. SEKOLAH. Sekolah dalam arti yang sebenarnya. Yuk simak artikel pengantar yang saya kutip dari www. anakku.net berikut ini:



Yuk, Mengenal Sekolah Inklusif
Perlu diluruskan adalah: tidak ada istilah sekolah inklusif. Istilah yang tepat adalah pendidikan inklusif.

Dikutip dari Permendiknas no.70 tahun 2009, sekolah dapat dikatakan sebagai sekolah penyelanggara pendidikan inklusi jika sekolah tersebut membuka ruang dan kesempatan bagi ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) untuk berkesempatan belajar bersama-sama dengan siswa reguler lainnya.
Apa bedanya ?
Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif memiliki ruang bagi siswa ABK untuk tidak mengikuti kurikulum yang sudah distandarkan. Guru bisa menambahkan materi, mengganti topik atau materi yang dianggap terlalu sulit dan menyederhanakan materi yang disesuaikan dengan kemampuan siswa pada saat itu.
Untuk bisa menentukan program apa yang harus diterapkan, guru dan konselor sekolah akan memperhatikan kondisi fisik, potensi intelektual, kemampuan akademik yang ditampilkan, kemampuan sosial-komunikasi, kemandirian maupun kemampuan siswa menguasai emosi ataupun berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Orangtua akan diundang dan dilibatkan dalam pembuatan finalisasi program khusus tersebut.

Dinamikan pendidikan inklusif
Sekolah membatasi jumlah siswa ABK yang dapat diterima dalam tiap kelas agar kualitas pendidikan tetap terjaga dan ABK mendapatkan porsi perhatian dan intervensi yang dibutuhkan. Beberapa sekolah swasta bahkan telah mengambil langkah lebih lanjut dengan menyediakan kelas tersendiri maupun pengajar khusus untuk mengakomodasi kebutuhan kekhususan yang ada. Karena, tidak semua ABK siap untuk belajar di kelas reguler yang biasanya terdiri dari 15 siswa dalam satu kelas.

Orang tua harus mendukung
Untuk memastikan ABK mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya, orang tua perlu menanyakan kepada guru atau sekolah, sejauh mana anaknya mendapat akses belajar dalam kelas reguler mau pun belajar dalam kelas khusus jika memang diperlukan.
Untuk ABK yang memiliki kesulitan cukup berat dan mendapatkan program pembelajaran individual biasanya rasio belajar dalam kelas khususnya mungkin akan menjadi lebih banyak dibandingkan waktu belajar di kelas reguler.

Shadow Teacher
Shadow Teacher (guru pendamping) adalah salah satu kata yang sering keluar dalam perbincangan pendidikan inklusif. Beberapa sekolah menawarkan atau orang tua meminta kehadiran shadow teacher untuk mendapingi ABK di kelas reguler.
Perlu dipahami, shadow teacher tidaklah selalu diperlukan. ABK dengan gangguan autisme berat membutuhkan program individu yang diajarkan oleh seorang guru yang paham autisme. Jika shadow teacher memamg perlu, pastikan yang bersangkutan tahu persis tugas dan perannya.
Sekolah penyelanggara pendidikan inklusif berguna tidak hanya bagi ABK, namun juga siswa reguler, agar memahami adanya keberagaman, belajar berempati dan bagaimana menyikapi atau membantu teman dengan kondisi tertentu. Dan yang tidak kalah penting adalah cermat dalam memilih jenis pendidikan inklusif yang paling cocok bagi si kecil.


Demikian sekilas info mengenai pendidikan inklusif. Walaupun Sakha belum menginjak usia sekolah (secara usianya akhir Desember nanti kan baru 2 th), saya sudah memikirkan hal ini. Bahkan saya juga sudah bertanya-tanya ke sekolah umum yang menerima anak berkebutuhan khusus. Di sana juga tidak dapat menerima untuk kebutuhan khusus tertentu yang nantinya dapat menghambat proses belajar mengajar. Bahkan yang sekarang, ada juga anak berkebutuhan khusus yang tetap harus ditemani guru pendamping sebagaimana Shadow dimaksud. 

Saya sudah berpikir bagaimana menguatkan mental Sakha saat dia sudah harus dilepas untuk bersosialisasi dengan teman-teman seusianya yang pastinya tidak semua dapat memahami kondisi Sakha. Maka dari itu, saya harus memastikan kelak Sakha dapat bersekolah di sekolah yang baik sehingga membantu saya membentuk Sakha menjadi pribadi yang baik dan menghargai keberagaman kepribadian teman-temannya. Sehingga dengan kelebihan yang dimiliki, Sakha bisa menjadi contoh baik bagi teman-temannya untuk menjadi lebih baik. Saya tidak akan meminta teman-teman Sakha memahami kondisi Sakha, saya akan berusaha menguatkan mental Sakha untuk menerima dengan ikhlas keadaannya dan berusaha semampunya menjadikan Sakha pribadi yang kuat dan bertoleransi. Aamiin.. 



Rabu, 27 November 2013

Rubella Congenital

Ini adalah artikel pertama yang saya comot dan edit di sana sini dengan contekan dari beberapa artikel sejenis. Sudah hampir 3 bulan dan baru ingat akun blog saya ini, hehehehe... Semoga bisa bermanfaat untuk yang sedang kehausan informasi. Monggo dilanjuuutt...


Rubella Congenital
adalah infeksi transplacenta pada janin oleh virus rubella yang biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan yang disebabkan oleh infeksi maternal. Rubella Congenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubela pada trimester pertama. Jika ibu hamil yang terinfeksi virus ini pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.


Infeksi virus ini dapat menyebabkan infeksi kronik dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Virus rubela ini menginfeksi janin melalui placenta dan dapat mengakibatkan janin meninggal dalam kandungan atau lahir dengan rubela kongenital.

Umumnya, infeksi yang terjadi lebih dini, mengakibatkan kerusakan yang lebih luas.  

Walaupun rubella biasanya tidak membahayakan, namun ia berbahaya bagi wanita hamil kerana ia boleh menyebabkan banyak masalah kepada bayi dalam kandungan. Apabila bayi tersebut dijangkiti, iaitu apa yang dipanggil sindrom rubella kongenital (congenital rubella syndrome - CRS), masalah-masalah berikut boleh berlaku:
> katarak dan kecacatan mata yang lain;
> pekak;
> kecacatan jantung;
> kepala yang lebih kecil daripada biasa (microcephaly); 
> kerusakan pada otak, hati, paru-paru dan sum-sum tulang.


Apa yang dapat saya lakukan jika saya tidak divaksin untuk pencegahan rubella?

Imunisasi yang dilakukan untuk pencegahan terhadap rubella adalah imunisasi MMR. Jika anda tidak pernah imunisasi MMR, cara yang terbaik ialah dengan mendapatkan vaksinasi tersebut sebelum anda hamil, kemudian tunggu selama sebulan sebelum program untuk hamil. Ini dapat memberi waktu yang cukup kepada tubuh anda untuk membunuh virus yang disuntik ke dalam tubuh supaya ia tidak dijangkitkan kepada bayi yang anda kandung nanti.

Sekiranya ujian darah yang dilakukan pada awal kehamilan menunjukkan anda tidak imun terhadap rubella, anda perlu menunggu sehingga melahirkan sebelum anda boleh diimunisasi. Ini boleh dilakukan sebelum anda keluar dari Rumah Sakit atau saat pemeriksaan selepas bersalin.

Andai kata anda mendapat imunisasi dalam minggu-minggu pertama kehamilan, sebelum anda tahu bahawa anda sedang hamil, anda tidak perlu khawatir. Sejauh ini, tidak ada laporan mengenai CRS berlaku kepada bayi dalam situasi ini. Doktor anda akan menganjurkan supaya anda menjalani imbasan dalam minggu ke-18 hingga ke-20 untuk meneliti keadaan bayi (kalau tidak dianjurkan, anda dapat memintanya pada dokter kandungan anda dan semoga ini dapat memberi anda sedikit keyakinan).


Apakah risikonya terhadap bayi saya sekiranya saya dijangkiti rubella semasa hamil?

Kemungkinan bayi anda dijangkiti rubella tergantung kepada tahap kehamilan anda semasa anda mendapat jangkitan ini. Risiko tertinggi jika anda mendapat rubella sebelum minggu ke-11 kehamilan (sembilan dari 10 bayi menderita CRS). Menjelang minggu ke-17, hal ini jarang terjadi, walaupun masalah pendengaran dapat terjadi apabila terjangkit hingga minggu ke-20.

Jika anda tidak mengetahui secara pasti kondisi imun terhadap rubella pada tubuh anda, cobalah untuk menghindari kontak dengan mereka yang mengidap rubella, terutamanya dalam jangka waktu beberapa bulan pertama kehamilan anda.

dikutip dari:
http://www.babycenter.com.my/a25005273/rubella#ixzz2gSGRHdEv