Senin, 07 Juli 2014

REWARD ATAS RANKING RAPOT ATAU USAHANYA?


8 Juli 2014

Ssstt... 

Mumpung Den Bagus Sakha lagi sibuk pake gadget saya, kakak-kakaknya lagi sibuk main game dan satu laptop kerja kanjeng Ayah tersisa di meja belajar. Hihihihi... saya pinjem dulu deh sebentar. Den Bagus, Mamak mau nulis dulu yaa, Sakha liat permainan sendiri dulu yaa..  

Walaupun saya tahu laptop ini diremote. Walaupun saya tahu saya sedang dalam masa percobaan pelarangan penggunaan laptop, hehehehe.. saya nekat. Maaf ya say, terasa lamaaaa ngga ngetik sesuatu tuh bikin saya lupa huruf, jangan sampai istrimu tercinta ini jadi tidak bisa berekspresi yaa, wkwkwkwk..

Beberapa minggu lalu anak-anak saya ulangan kenaikan kelas. Saya berfikir motivasi apa ya yang bisa digunakan untuk mereka supaya lebih keras belajar dan berusaha. Terlintas di pikiran saya, nilai rapot. 

"Yang di rapot ada nilai 100-nya, nanti Mamak kasih hadiah", kata saya sebelum penerimaan rapot waktu itu.

"Hadiahnya apa?", tanya anak-anak saya.

"Hmm.. kasih tahu ngga yaaa?? Udah buktikan dulu nilainya bagus, belajar yang rajin jangan nyontek ya", ujar saya. Padahal saya juga bingung kenapa nyeplos mau kasih hadiah yang saya sendiri belum ada gambaran mau kasih apa buat anak-anak hebat saya ini.

Hari pembagian rapot tiba. Alhamdulillah anak-anak saya semua naik kelas. Tidak ada nilai yang berada di bawah rata-rata kelas, meskipun juga tidak ada yang sangat istimewa. Yaa.. saya masih berusaha menemukan kemampuan terbaik mereka supaya saya bisa mengarahkannya. Tidak ada nilai 100 di rapot mereka. Hm.. tapi anak-anak saya sudah berusaha belajar dengan baik, tidak nyontek dan terus berdoa. Apa saya akan mengabaikan usaha mereka ini? Apapun hasil atas usaha mereka sekarang adalah yang terbaik yang sudah mereka usahakan. Waaah saya salah, kenapa saya mengatakan yang mendapat nilai 100 di rapot. Mestinya bukan angka patokannya. Harus diralat nih.

"Jadi gimana bos.. mau dapet hadiah ngga dari Mamak?"
"Iyaaaa tapi kan nilainya ngga ada yang 100 di rapot Ma?"
"Emang kalau ngga ada nilai 100-nya ngga dapet hadiah? Bukannya kemaren udah pada berdoa, pada belajar, ngga nyontek kan??" 
"Ngga Ma, ngga nyontek. Emang boleh minta hadiah?", tanya si tengah.
"Mau nggaaa??", sahut saya.
"Mauuu", kompakan anak sulung dan anak tengah saya menjawab.
"Okay, kita tunggu Ayah libur, Sabtu besok kita ke Gramedia yaa, kita beli komik. Okeee??"
"Bener Ma? okeeeee"

Yang nampak di mata saya hanyalah kebahagiaan anak-anak. Anak-anak yang bahagia akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas. Kata siapa? Ya kata saya doongg...

Pelajaran buat saya untuk berikutnya adalah mensinkronisasikan perintah otak dengan ucapan saya supaya satu kata dalam hal mendidik moral dan kejujuran anak-anak. 




Minggu, 25 Mei 2014

BERHENTI NGE-DOT?? SIAPA TAKUT..!!!


25 Mei 2014



Ide ini sebenarnya sudah lama saya pikirkan. Tapi hanya sebatas dipikirkan tanpa ditindaklanjuti ihik...

Hari Jumat lalu, tepatnya tanggal 23 Mei 2014. Sakha anak lanang saya terapi AVT. Tanpa diduga, di akhir sesi terapisnya bertanya.


"Sakha masih ngedot, Mama?", tanya terapis AVT Sakha. 
"Iya Mba", jawab saya. 
"Kapan akan berhenti?"

Glek...!! Ini yang tidak kunjung saya lakukan. 

"Mama, pada saat anak ngedot, gerakan mulut yang dilakukan tidak menstimulasi oral motor untuk berlatih bicara. Ini sangat berbeda dengan minum tanpa dot. Misalnya, pada saat pengucapan huruf "K" itu yang bergerak adalah pangkal lidah dengan penekanan, pada saat pengucapan huruf "T" posisi pergerakan lidah ada pada ujung, pada saat pengucapan huruf "C" lidah berada di langit-langit mulut. Nah jika anak minum menggunakan dot, pergerakan lidahnya tidak terlatih untuk mengecap. Sehingga tidak menstimulasi lidah untuk bergerak. Berbeda dengan minum menggunakan gelas yang berlubang misalnya. Pada gelas berlubang, lidah akan berusaha menahan air masuk ke mulut supaya tidak tersedak. Sehingga lidah harus berusaha mengkoordinasikan gerakan oral motor anak untuk dapat menerima masukan air dan menelan secara perlahan".

"Bagaimana kalau dengan sedotan, Mba?"

"Sedotan juga bagus Mama. Gerakan mulut menyedot itu sangat bagus untuk latihan oral motor. Supaya melatih oral motor anak agar dapat membantu pengucapan pada fase belajar bicaranya. Jadi kapan Sakha berhenti ngedot, Mama?"

"Secepatnya, Mba".

Jadi sudah paham kan kenapa?? Yuk coba sambil di cek anak-anak kita yang masih belajar bicara, hehehe... 

Dan terhitung sejak pulang terapi, saya mengusahakan untuk berhenti memberikan minum dengan menggunakan dot. Berhenti ngedot??? Siapa takutt!!!

Senin, 21 April 2014

CATATAN HARIAN SAKA PASCA IMPLAN KOKLEA (5)

21 April 2014

Sudah agak lama Mamak tidak menuliskan perkembangan bahasamu, Nak. Maaf ya, Mamak tidak menjaga kondisi badan jadi Mamak tidak bisa terlalu lama duduk di depan komputer. Meskipun Mamak juga sebenarnya agak kurang mengamatimu hehehe.. maaf yaaaa... 

Mamak ingin menulis, tapi Mamak seringkali mules Nak. Bahkan hobi Mamak baking pun terancam karena maag Mamak ni. Baeklah, Nak, Mamak akan sedikit cerita mengenai perkembangan sejak terakhir Mamak menuliskannya untukmu. 

Yeaayyyyy... 

Kau memang anak Mamak yang hebat. Kau sudah lebih banyak lagi memahami kata yang Mamak dan kakak-kakakmu juga pengasuhmu ucapkan. Kalau bukan Mamak yang memujimu manalah mungkin tetangga kita mengerti, hehehehe.. supaya kau makin bersemangat, ya Nak. Semangat belajar juga semangat makan yang banyak supaya berisi badanmu. Sesuai namamu, anak laki-laki yang kuat dan bersemangat (Wekandra). Hahay...

Kau ingat Nak, saat kau menunggui Mamak sholat di samping Mamak. Seselesainya Mamak sholat, kau menunjuk ke arah atas lemari dan satu patah kata terucap dari bibir mungilmu "hapaa..". Aiiiihhh... rupanya kau bertanya ya, hohohoho... Mamak tidak bisa menyembunyikan kegembiraan Mamak. Mamak menjelasan padamu, bahwa benda di atas lemari adalah bangku dan meja kecil yang biasa kau pakai untuk duduk-duduk dan belajar atau main-main. Tapi Mamak tidak mau ke-GR-an dulu nih. Mamak harus terus memancingmu, apakah ini hanya ucapan tak berarti atau memang bahasa ekspresifmu. 

Kali kedua adalah saat kau Mamak ajak untuk menengok tetangga yang habis sunatan. Hihihihi... Mamak tidak bisa menahan diri untuk tidak senyum-senyum hepi. Mamak memintamu membuka pintu dengan berulangkali mengucapkan "buka pintu, pintu buka ya, bukaa.. pintu dibukaaa". Dan kau memandang Mamak seraya mengucap "apa". OMG.. kau tau Nak, Mamak tidak bermimpi kan... huhuhuhu... Mamak senang betul, Nak. Mamak mengulang perintah "buka pintu", kaupun hendak membuka pintu dengan tangan kecilmu. Alhamdulilah... kau mengerti apa yang Mamak katakan. 

Kali ketiga, Nak.. ahahahahah... kau bertanya pada Ayahmu saat kau membonceng motor. "Apa" sambil melihat lurus ke depan. Mamak tidak tahu maksudmu apakah bertanya apa yang ada di depan kita atau bertanya apa yang mana. Saat Mamak menjelaskan motor di depan kita, kau memperhatikan Mamak dan kemudian memeluk Mamak. Ihihihihihih... inilah kebahagiaan seorang Mamak, Nak. Berarti kau menanyakan itu kaaaannn.. YES!!

Kali keempat, kau melihat roti yang Mamak buat. Dan kau memperhatikan ke arah roti seraya berkata "baemmmm". Alhamdulilah... baem katamu.. aaaaarrrgghhh... Tanpa banyak cingcong, Mamak segera mengangkatmu dan ngoceh tentang makan roti. Kau minta roti... hikhikhikhik.. 




Sakha "baemm" roti 

Mamak tidak kuasa untuk tidak membagi kebahagiaan Mamak. Mudah-mudahan Alloh memberikan kekuatan pada Mamak untuk selalu bersabar mengajarimu ya nang.. dan semoga Alloh memberikan kecerdasan pikiran untukmu belajar. Mamak akan tetap semangat untukmu.. *peluk Sakha..





Minggu, 23 Maret 2014

CATATAN HARIAN SAKA PASCA IMPLAN KOKLEA (4)

Rabu, 19 Maret 2014

Hari ini kau terapi, Nang. Mamak belum sempat membuat daftar bahasa reseptif dan ekspresifmu. Duh Mamak jadi merasa bersalah. 

Terapi hari ini kau lebih kooperatif dari terapi yang lalu. Kau belajar tentang konsep ada dan tidak, kosong dan isi, mau dan tidak. Kau juga belajar lagi mengulang aktifitas mandi, dengan memandikan boneka sapi dan boneka babi. Senang kali tampaknya kau main air. Hahahaha.. 
Bukan hanya itu, hari ini kau juga mau mengikuti untuk aktifitas "dadah" dan mengeluarkan suara untuk "dadah" serta "buka" untuk membuka telur berisi koin. Kau juga bermain memberi makan boneka anjing sampai kau terkekeh-kekeh. Bahkan kau bisa menyamakan obyek dengan gambar untuk gambar kereta dan mobil. Aw..aw.. aw.. Mamak senang melihatmu. Kalau di rumah kau tidak mau Mamak ajari, tapi rupanya kau simpan dalam memorimu ya..

Terapismu Mba Rini memberi beberapa PR lagi untuk Mamak. Kita harus rajin berlatih untuk identifikasi lagu, Nak. Mamak harus konsisten menyanyikan paling tidak 3 lagu untukmu. Mamak sampai bingung karena begitu seringnya Mamak menyanyikan lagu untukmu dan selalu berganti-ganti. Jadi mulai nanti kita konsisten untuk 3 lagu saja ya.. Ini juga untuk melatihmu mengidentifikasi benda. Baiklah.. kita akan memulainya lagi. 



Tanggal 22 Maret 2014

Hari Sabtu ke-4, jadwal mapping-mu selanjutnya, Den Bagus. Ayah di rumah tapi Mamak rasanya tidak begitu bersemangat. Sampai-sampai Mamak-pun malas menceritakan sejarah mapping-mu hari ini. Aaaaaakkk... sepertinya Mamak sudah terinfeksi virus menular yang sangat berbahaya nih. MALAS. Hadoohhh.. obatnya hanya 1. TIDAK MALAS.

Kita sudah berangkat pagi, hari ini kita tidak terapi ya Nak. Mba Rini terapismu sedang di luar kota. Terapimu digeser dulu sementara ke hari Rabu minggu depan. Tak apa, Mamak juga sedang malas. Maaf ya Nak, semangat Mamak kendor nih. Butuh booster dari Ayah.. #halah xixixixi

Yuk kita berangkat yuuukk.. Sampai di Kasoem kita langsung ke ruangan yang sudah disiapkan Mas Dani. Siiippp.. Mas Dani mengecek volume yang Mamak pakai. Kemudian Mas Dani menyesuaikan dengan settingan pada komputer. Cling.. Selesai. 

"Ibu, ini settingan yang sekarang adalah sesuai dengan volume yang Ibu pakai kemarin. Kita kembali ke volume 6 lagi ya Bu. Nanti Ibu perhatikan respon Sakha. Kalau di volume ini Sakha responnya tidak sebaik biasanya Ibu boleh menambah volumenya naik 1 tingkat. Tapi Ibu perhatikan ya..", Mas Dani info-info lagi mengingatkan Mamak. 

"Iya Mas, siap. Jadi dengan volume yang sekarang bagaimana cara saya melihat responnya Mas? Apa ada latihan tertentu juga yang harus dilakukan supaya bisa melihat respon Sakha lebih baik?", kata Mamak. 

"O..iya Bu. Ibu coba pakai suara pelan, berbisik ataupun ketukan pelan ya. Coba lihat dulu bagaimana responnya", kata Mas Dani.

"Baiklah..", jawab Mamak. 

Kaupun tenang hari ini, Nak. Mamak sedikit lega. Kau dengar, kata Mas Dani, Nak. Kau harus benar-benar belajar dengan baik. Jangan malas ya..!! *menasehati diri






Kamis, 13 Maret 2014

MASALAH BUAT LO..?

Pelajaran ini saya dapatkan dari anak pertama saya yang tidak kalah ganteng sama si ragil. Nama panggilannya Aan. 

Saat itu Sakha masih belum genap berusia 1 tahun. Aan kelas 2 SD. Pagi-pagi menjelang berangkat sekolah, Aan mengatakan satu hal yang membuat saya & Ayahnya terkejut. Tiba-tiba saja Aan mengatakan, " Sakha kan cacat".
Mendengar kalimat tersebut Ayahnya langsung memarahi Aan. Saya yang sedang bersiap untuk berangkat kerja, risih juga mendengar Aan dimarahi Ayahnya. Saya segera keluar kamar dan memulai proses investigasi.

"Mas Aan dengar dari mana kalau Sakha cacat?", tanya saya.
"Dari Dodo (nama anak tetangga yang saya samarkan namanya)", jawab Aan.
"Oo.. Mas Aan tau ngga cacat itu apa?", lanjut saya bertanya.
"Ngga tau, Mah.. kata Dodo, Dede Sakha pake alat bantu mendengar, Dede Sakha cacat", jawab Aan.
"Oo.. gitu. Mas Aan lihat Mamah, Mamah pake kacamata. Kalau kacamata Mamah dilepas, Mamah tidak bisa melihat jelas. Mamah juga cacat ya?", lanjut saya, 
Aan diam memperhatikan saya. 
Kemudian saya melanjutkan,
"Sakha memang ada gangguan pendengaran, Mas Aan ingat waktu mamah habis melahirkan Sakha, kan Sakha ngga bisa langsung pulang. Sakha harus dirawat dulu karena sakit. Dari sakitnya itu, virus yang menyerang Sakha merusak syaraf pendengaran Sakha. Ini bisa terjadi sama siapa saja, bukan hanya Sakha. Maka dari itu Sakha membutuhkan alat bantu mendengar untuk membantu Sakha mendengar. Seperti Mamah membutuhkan kacamata untuk membantu Mamah melihat dengan jelas. Selama Mamah atau Sakha tidak merepotkan orang lain, apakah itu jadi masalah buat Mas Aan?", tanya saya.
Aan menggeleng. Saya memeluknya. Saya katakan, "Yuk kita bantu Sakha supaya tidak merepotkan orang lain. Kita sama-sama ngajarin Sakha mendengar supaya bisa bicara sama seperti Mas Aan dan Mba Sasa (anak kedua saya). Oke?"
"Iya Mah, jadi nanti kalau ada yang bilang lagi Sakha cacat, aku nanti bilang, masalah buat loh", jawab Aan sambil melepaskan pelukan saya dan memandang saya dengan mata berbinar. 

Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada anak saya dengan bahasa yang mudah dia mengerti. Namun satu hal yang saya patut bangga, hingga saat ini, Aan sudah kelas 3 SD dan Sasa sudah kelas 1 SD, guru kelas mereka mengatakan kalau mereka begitu bangga menceritakan adiknya di sekolah. Tidak ada sedikitpun minder atau sedih, mudah-mudahan saya tetap dapat menjaga keindahan akhlak anak-anak saya. Keep smileee...

Senin, 10 Maret 2014

CATATAN HARIAN SAKHA PASCA IMPLAN KOKLEA (3)

Tanggal 8 Maret 2014


Jam 7.30 kita sudah sampai di Kasoem ya Nak. Sakha mau mapping yang kedua. Senangnya Mamak kau tidak rewel saat mapping. Mas Dani berpesan pada Mamak supaya mengusahakan kestabilan volume yang sekarang. Walaupun jika memang respon belum begitu baik, Mamak diijinkan untuk menambah volume alat.

Baiklah, setelah mapping kita langsung terapi ya Nak. Sakha diajak main-main sama Mba Rini terapis AVT Sakha. 15 menit pertama Sakha sangat kooperatif. Sayang, selanjutnya Sakha banyak nangis. Mamak sedih, hari ini Sakha tidak sepintar biasanya. Mungkin mood Sakha terganggu karena Sakha belum makan tadi pagi. Mungkin Sakha lapar, atau mungkin juga Sakha ngantuk ya.. Aah.. menyesalnya Mamak tadi tidak nyuapin cemilan biskuit buat Sakha. 

Mba Rini sampai bilang, kalau Sakha begini nanti dipindah jadwalnya. Oh no.. Mamak yakin ini karena Sakha lapar. Tapi Mamak tidak bisa berbuat apa-apa. Mamak dan Mba Rini juga sangat mahfum kalau Sakha udah mulai rewel..

Akhirnya terapi hari ini Sakha hanya dapet "loncat", "pegang", "mba", "mama", "cuci", "kotor". Yaaa.. nda papa ya Nang.. pelan-pelan tapi harus jalan. Mamak dikasih Long Term Goal untuk 3 bulan ke depan. Kita harus punya target, berusaha mencapainya. Kalaupun sudah berusaha tapi tidak tercapai, kita tetap berproses. Siap Nak.. LANJUTKAN..!!

Sabtu, 01 Maret 2014

CATATAN HARIAN SAKHA PASCA IMPLAN KOKLEA (2)

Catatan untuk anakku, Sakha..

1 Maret 2014

Hari ini kau menjalani mapping pertamamu. Mamak bangga sekali padamu, kau tidak menangis saat Mas Dani mengecek alat dan men-setting-nya. Kau sibuk mainan ikan yang berputar yang kadang kau pakai saat kau menjalani sesi terapi. Settingan alatmu sudah di modifikasi sesuai dengan laporan Mamak. Bahwa kau belum merespon kalau Mamak mengetes 6 link suara untukmu, pada hurus "S" "SH". Mamak belum mencoba kembali untuk huruf "I", "M" dan 1 lagi apa ya.. haduuh Mamak lupa Nak. hahahaha.. 

Kali ini Mas Dani meminta Mamak untuk mengenalkan suara lembut padamu. Seperti suara berbisik, bahkan dulu pernah diajari juga kalau suara (maaf) kentut adalah termasuk suara soft. Ini pas untuk Mamak yang kadang kentut keras-keras, hahahaha... 

Lihatlah Nak, hari ini kau cerah betul dengan kaos merahmu itu. Tidak lain, ada nasi di sekitar mulutmu. Kau senang sekali makan cemil-cemil seperti Mamak ya, hihihi.. 

Sakha belanja di Giant Pondokgede setelah mapping 
(1 Maret 2014)

Eh iya Mamak lupa, Mamak sudah mencatat sedikit mengenai perkembangan bahasamu Nak. Hadeeehh Mamak ini jadi pelupa gara-gara torch yang menginfeksi Mamak nih. Mamak udah ga secerdas dulu hahahaaha *kalo ini emang lebay banget deh..

Kau tau Nak, dalam seminggu Mamak mengulang pelajaranmu mengenai instruksi sederhana seperti "makan", "minum", "taruh", "ambil", "tunggu", apalagi ya.. tuh kan Mamak lupa. Iiddiiiihh... plis deh, kalau ga langsung Mamak catat jadi lupa kan Mamakmu ni. 

Oke deh, Mamak ingat kau sudah paham "tunggu" saat Mamak memintamu menunggu kakak-kakakmu. Kau sudah paham "kakak" saat Mamak menanyakan dimana "kakak"mu, kau menunjuk ke arah kakakmu. Kau sudah paham kata benda "mobil" saat Mamak menanyakan dimana mobil. Kau sudah paham kata "ambil" saat Mamak menyuruhmu mengambil mainan yang kau buang. Kau sudah paham kata " taruh" saat Mamak memintamu menaruh mainan yang kau ambil. Kau sudah paham kata "sayang"saat Mamak meminta upah ciumanmu, hahahahaha.. Mamakmu ini ternyata punya pamrih ya..